Selasa, 11 Januari 2011

Evaluasi Ketersediaan Lahan Pertanian Padi

Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai daerah yang baik untuk berbagai macam pertanian. Hal tersebut dikarenakan bagian utara wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan dataran rendah, bagian barat daya merupakan pegunungan dengan puncaknya Gunung Arjuna dan Gunung Welirang. Bagian tenggara adalah bagian dari Pengunungan Tengger dengan puncaknya Gunung bromo. Pertanian, secara khusus dalam komoditi padi merupakan sesuatu yang penting dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Kualitas dan kuantitas padi salah satunya ditentukan dengan adanya ketersediaan lahan pertanian atau sawah yang luas dan subur. 
Selain memiliki potensi pertanian yang baik, Kabupaten Pasuruan juga mengembangkan potensi di bidang industri yaitu salah satunya dengan membangun kawasan industri PT Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di kecamatan Rembang seluas kurang lebih 550 ha yang dilengkapi dengan kawasan berikat. Sampai saat ini luas areal yang sudah dimanfaatkan lebih dari 200 ha (36%) dengan jumlah perusahaan sebanyak 48 perusahaan, sedangkan untuk kawasan berikat terdapat sekitar 26 perusahaan.(http:pasuruankab.go.id) Dengan meningkatnya idustri di Kabupaten Pasuruan kemungkinan penggunaan lahan atau bahkan alih fungsi lahan dapat banyak terjadi. Hal inilah yang menarik untuk dikaji dengan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.
Salah satu keuntungan dari penggunaan data citra satelit untuk deteksi dan inventarisasi sumberdaya lahan pertanian adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha). Dengan mengamati daerah yang sangat luas sekaligus, beserta keadaan lahan yang mencakup topografi/relief, pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam dalam citra member peluang untuk mengamati, mempelajari pengaruh iklim, vegetasi, litologi dan topografi terhadap penyebaran sumberdaya lahan dan lahan pertanian (Puslit. Tanah dan Agroklimat, 2000). Ketersediaan data Inderaja/citra satelit dalam bentuk digital memungkinkan penganalisaan dengan komputer secara kuantitatif dan konsisten. Selain itu data Inderaja dapat digunakan sebagai input yang independen untuk verifikasi lapangan (Rubini Atmawidjaja, 1995). 
Dengan teknologi Inderaja, penjelajahan lapangan dapat dikurangi, sehingga akan menghemat waktu dan biaya bila disbanding dengan cara teristris di lapangan. Pemanfaatan teknologi Inderaja di Indonesia perlu lebih dikembangan dan diaplikasikan untuk mendukung efisiensi pelaksanaan inventarisasi sumberdaya lahan/tanah dan identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian (lahan sawah, lahan kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan kritis, estimasi produksi) terutama pada wilayah sentra produksi pangan. 
Sedangkan, Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah seperangkat alat berbasis komputer yang memungkinkan untuk mengolah data spasial dan non-spasial menjadi informasi yang berkaitan tentang muka bumi serta digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, manipulasi, menganalisa dan menampilkan data yang selanjutnya dipakai sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Kemampuan SIG diharapkan dapat membantu menyediakan informasi yang aktual dan lengkap mengenai lahan pertanian padi / sawah di Kabupaten Pasuruan.

MRT JAKARTA???

MRT Jakarta Future Network
The rail-based Jakarta MRT is planned to stretch across + 110.3 kilometres, which includes the 23.3 kilometres for the North-South Corridor (Lebak Bulus-Kampung Bandan) and 87 kilometres for East-West Corridor.

The North-South corridor will be built in two phases.
  • Phase I, will be constructed in advance connects Lebak Bulus to Bundaran HI along 15.2 km including 13 stations (7 elevated stations and 6 underground stations), targeted to operate at the end of 2016. Basic Engineering Design started in November 2009 and will be completed in 14 months.
  • Phase II, will extend the North-South line from Bundaran HI to Kampung Bandan along 8.1 Km (+8 underground stations), targeted to operate in 2018 (accelerated from 2020 as the original plan). Feasibility study already completed.

While the east-west corridor currently is in pre-feasibility study phase. This line is targeted to operate in 2024

MRT Network Only
Image
MRT Network & Other Rails
Image 


MRT Jakarta Project Feature

 
South – North  Corridor
Total Length of Track: 23.3 Km
East – West Corridor
Total Length Of Tracks: 87 Km
 
1st Phase
Lebak Bulus –Bundaran HI
2nd Phase
Bundaran HI – Kampung Bandan
Under Pre-Feasibility Study
Length of track
15.2 Km (9.2 Km Elevated,
6 Km Underground)
8.1  Km
Station
13 (7 elevated,
6 undergrounds)
+8 undergrounds between Bundaran HI – Kampung Bandan
Travel Time
30 minutes
22.5 minutes (Lebak Bulus – Kampung Bandan: 52.5 minutes)
Distance between station
0.8 – 2.2 km
0.8 – 2.2 km
Headway
5 minutes (2016)
5  minutes (2018)
Target passenger/day
412.000 (2020/after 3 years operation)
With Traffic Demand Management (TDM) and Transit Oriented Development (TOD)
630.000 (2037)
With Traffic Demand Management (TDM) and Transit Oriented Development (TOD)
Operation
November 2016
2018
2024-2027
Image
Image
Image 

Jumat, 07 Januari 2011

Identifikasi Fasilitas Umum dan Infrastruktur pada Jalur Pipa Blok Cepu Banyu Urip



Dalam pekerjaan awal pemasangan pipa-pipa bawah tanah untuk penyaluran minyak diperlukan pembebasan lahan-lahan yang dilewati jalur pipa-pipa tersebut terlebih dahulu, baik lahan milik perorangan maupun instansi tertentu.
Maka dari itu, Mobil Cepu Limited sebagai salah satu kontraktor minyak di blok Cepu, bekerjasama dengan PT ITS Kemitraan, Tim Basecamp ITS – Bojonegoro untuk melakukan identifikasi perpotongan - jalur pipa tersebut. Dalam hal ini proses identifikasinya meliputi , observasi jalur pipa yang mengalami perpotongan dengan fasilitas umum dan infrastruktur, pengambilan foto titik perpotongan, serta pembuatan basis data informatif.